Minggu, 26 April 2015

Salman Goes Global

Lima menit sebelum azan Isya, seperti biasa ada pemberitahuan dari mesjid Salman kalau azan Isya sebentar lagi. Info waktu sholat ini sudah biasa di lingkungan Salman. Soal informasi dan inovasi pelayanan jamaah memang Salman jempolan. Hanya saja kali ini ada yang berbeda dari konten infonya. Karena pesan itu berbunyi seperti ini :

"Ladies and gentlement, we would like to inform you that today's Ishaa prayer will be called at...."

Percaya ada yang seperti ini ? Saya juga pas pertama kali denger juga kaget.  Ada pengumuman waktu sholat multibahasa seperti itu. Kalau pengumuman multibahasa di bandara sudah biasa (saya pernah dengar ada pengumuman dalam Bahasa Indonesia, Inggris, dan Hokkien (eh Mandarin atau Hokkien ya ?)). Ini pengumumannya di masjid. 

Apa ini langkah Salman untuk menyambut AEC ? 

Jumat, 24 April 2015

Model Fundraising Baru : Buku Voucher

Kemarin, pas dari Salman ada orang yang ngehampirin saya. Dengan ramah, orang ini menyapa.

"Maaf Mas... Mas mahasiswa ITB ? Semester berapa ? ... Wah sama seperti saya..."

Kira-kira begitu kutipan pembicaraan kami.

Terus dia mengutarakan maksudnya. Jadi dari cerita si Mas ini, dia ikutan yayasan yang mengurus anak-anak yang terkena kanker. Si Mas ini memberikan cerita singkat begitu. Jadi intinya dia lagi fundraising buat yayasan yang bersangkutan. 

Sampai sini ceritanya standar.

Kemudian si Mas mengeluarkan buku seperti booklet. 

Kemudian si Mas ini bercerita kalau fundraising yang dia lakukan bukan dalam bentuk standar (ngedarin kotak sumbangan atau amplop), tapi fundraisingnya dalam bentuk penjualan buku voucher. Si Mas ini kemudian menjelaskan buku booklet yang dia pegang kalau buku itu isinya voucher semua. Vouchernya bermacam-macam ada yang untuk restoran ada juga yang untuk penginapan.

Harga bukunya murah, cuma 100 ribu. Jadi cuma dengan mengeluarkan 100 ribu saya bisa dapat benefit dari voucher itu terus sekalian ngebantu orang. 

Sayang, karena lagi gak bawa duit dan harus buru-buru ke lab buat ngambil foto tamaran Mas-nya terpaksa saya tolak. Yah, sayang ya. Padahal lumayan buat foto dokumentasi di tulisan ini. Hehehe...

Awal tahun ini, pas di bandara saya juga dihampiri dengan model fundraising yang sama. Pas saya baru nyampe dari Medan dan lagi makan siang ada yang ngehampirin gitu. Mas yang ini bilang dia anak SMA/ SMK. Terus yayasannya soal penyakit lupus gitu. Tapi endingnya, dia nawarin buku voucher lagi buat fundraising. Intinya sama kayak Mas yang di Salman itu.

Kalau saya pikir, model fundraising begini lumayan inovatif juga. Apalagi mengingat buat dana yayasan yang mengurusi penyakit itu pasti lumayan besar. Kalau diitung-itung kalau 10 aja yang kejual bisa dapet 1 juta. Dan yang ngejual buat yayasan itu pasti bukan cuma Mas yang saya ceritakan tadi. Jadi ya bisa diitunglah pemasukannya.

Di kampus saya, biasanya kalau anak-anak ngedanus (istilah lokal buat fundraising) biasanya jualan standar seperti gorengan, snack, kue Cisitu (saya gak ngerti ini kue bisa terkenal di kampus), atau kaos. Ngamen di jalan haram hukumnya buat anak ITB. Bahkan ngedanus bunga pun sebenarnya agak kurang berkenan buat para higher ups kampus.

Sekarang ada yang menawarkan model baru berupa buku voucher tadi. Kalau saya bilang model begini lebih mirip investasi daripada nyumbang. Jadi kalau saya ngasih uang ke buat yayasan ini, saya akan dapat benefit berupa voucher sekaligus bisa bantu orang. Bisa diterimalah metodenya.

Yang penting buat mereka yang beli, niatnya diluruskan. Beli buku voucher hendaknya diniatkan buat ngebantu. Jadi primary objectivenya buat bantu orang, soal vouchernya bermanfaat atau tidak itu urusan belakangan. 

Sabtu, 17 Januari 2015

Time Flies

Last Post : July 17th 2014.

Today : January 17th 2015.

Weeewwww. Time flies.

Kamis, 17 Juli 2014

ITB Guide for Maba : Perpustakaan

Mumpung camaba ITB 2014 masih semangat-semangatnya abis diterima, mungkin ada baiknya bikin tulisan soal seluk-beluk kampus. Sekalian mengisi blog yang sudah lama terbengkalai ini.

Mari kita mulai dengan perpustakaan.

Bagi camaba yang baru dateng ke kampus Ganesha, harus tahu letak bangunan yang satu ini atau paling gak bentuknya. Buat yang penasaran dengan bentuk bangunannya, ini fotonya :
Courtesy of muhdhito.me

Bentuknya katanya dibuat supaya mirip dengan tumpukan buku walaupun gak terlalu mirip. Kakak tingkat saya pernah bilang kalau perpus pusat itu mirip markas Power Rangers. Tapi zaman dulu penampilan perpus pusat lebih kumuh dari sekarang sampai-sampai dijuluki WC Umum. Sekarang sudah rada keren. Udah mirip kayak perpus di LN lah.

Perpus ini punya waktu buka dari Senin-Sabtu. Untuk hari Senin-Jumat, perpus buka dari jam 08.00-21.00. Untuk hari Sabtu kalau gak salah dari jam 09.00-14.00. Waktu lain yang perlu diperhatikan itu jam 11.00-13.00 hari Senin-Kamis. Jam segitu karyawan perpus istirahat. Jadi penitipan tas dan peminjaman buku akan tutup jam segitu. Hari Jumat perpus akan tutup pada jam 10.30 menjelang Sholat Jumat.

Langkah pertama buat para maba adalah buat kartu perpus. Ini penting apalagi kalau kalian mau pinjam buku TPB.

Untuk buat kartu perpus yang harus kalian lakukan adalah mempersiapkan KTM/KSM lalu tinggal datangi Mas/Mbak/Bapak/Ibu di bagian sirkulasi lantai 1. Gak tau bagian sirkulasi ? Tanya aja di mana tempat minjam buku pasti ditunjukin ke tempat sirkulasi kok. Selanjutnya tinggal ikutin petunjuk dari petugasnya doang sampe beres. Prosesnya gak terlalu lama kok.

Setelah ini kalian sudah bisa meminjam buku !

Untuk meminjam buku, kalian tinggal ambil buku dari rak lalu bawa buku ke bagian sirkulasi--tempat kalian buat kartu perpus. Jangan lupa bawa kartu perpus dan KTM untuk meminjam. Kalau gak, petugas sirkulasi bakal menolak. Maksimal kalian bisa pinjam 10 buku.

Untuk batas waktu, ada perbedaan. Untuk koleksi buku TPB batas waktunya 1 minggu. Kalau untuk koleksi mingguan batas waktunya 2 minggu. Setelah itu peminjaman bisa diperpanjang atau bukunya bisa dikembalikan. Kalau telat kalian kena denda Rp.1000/hari minus hari libur. Walaupun kadang-kadang (atau sering ?) ada yang bandel juga dengan alasan tertentu (alasannya apa ? Ah entar juga tau hehehe).

Protips dan Trivia :


  • Salah satu trik yang dilakukan anak ITB untuk dapat buku gratis. Triknya : pinjam buku seperti biasa lalu ketika masa berlakunya habis perpanjang lagi masa berlaku di sirkulasi. Begitu seterusnya. Dengan cara ini, buku tadi bisa dipinjam sampe satu semester. Kalau kalian liat buku dengan tanggal pengembalian yang teratur dan berturut-turut, nah itu karena trik yang satu ini. Tapi ya jangan kebangetan juga minjemnya, kasih yang lain kesempatan buat minjem juga. Ok adik-adik ?
  • Buku-buku untuk belajar Mafiki (catat judulnya !). Matematika : Calculus, Purcell. Fisika : Fundamentals of Physics, Halliday. Kimia : Chemistry, Brady; Buku kimia karangan Hiskia Ahmad.
  • Pinjam buku jauh-jauh hari sebelum ujian. Biasanya kalau udah deket-deket ujian buku favorit udah pada ilang dari rak. Buku-buku yang duluan ilang biasanya buku yang berbahasa Indonesia. Jadi kalau telat minjem, terpaksa harus pake buku yang bahasa Inggris.
Sekian info soal perpus. Sisanya kalian eksplor sendiri. Kalau ada yang tidak tercantum di sini mungkin bisa dibilang supaya ditambahkan.

Sabtu, 28 Juni 2014

Bikin Makalah Gak Boleh Pake Sumber dari Wikipedia ? Waduuh...

Beberapa waktu yang lalu, saya pernah baca di blog-nya Pak Budi Raharjo mengenai pemakaian sumber referensi dari Wikipedia.

Dari postingnya Pak Budi saya baru tahu kalau pemakaian sumber referensi dari Wikipedia tidak dianjurkan karena beberapa alasan. Bahkan untuk beberapa makalah tidak diperbolehkan karena alasan tertentu.

Saya yang doyan ngutip di Wikipedia langsung nyesek melihat posting Pak Budi. Bagaimana tidak, wong Wikipedia sudah jadi semacam one stop shopping buat referensi (selain Google tentunya). Namun jika diselidiki lagi ada benarnya juga posting Pak Budi.

Alasan utama kenapa Wikipedia tidak dianggap menjadi sumber yang relevan adalah karena isi dari Wikipedia sendiri tidak tetap, isinya bisa diedit kapanpun. Sehingga pada suatu saat jika isi makalah kita dicek sumbernya bisa jadi isi artikel Wikipedia berbeda. Hal ini bisa menyebabkan ketidakkonsistenan mengenai mana yang sebenarnya benar.

Melihat alasan tersebut, pada akhirnya saya juga mau tidak mau setuju bahwa Wikipedia bukan media yang dianjurkan untuk dijadikan bahan referensi. Walaupun pada akhirnya saya merasa bahwa tugas makalah berikutnya mendadak menjadi lebih ribet dari sebelumnya (padahal saya gak suka yang ribet-ribet hiks).

Kamis, 20 Maret 2014

Keyboad Layout Baru Khusus Indonesia ?

Untuk hampir semua komputer, keyboard layout yang paling beken sudah pasti QWERTY. Mungkin ada jutaan komputer yang keyboard layout-nya QWERTY.

Tapi tenyata QWERTY bukan satu-satunya. 

Tahun 1936, August Dvorak mematenkan keyboad layout yang dinamakan DVORAK. Dvorak membuat keyboard layout-nya setelah melakukan studi mengenai fisiologi tangan dan huruf-huruf yang paling sering dipakai dalam bahasa Inggris. Hasilnya adalah tata letak keyboard yang meningkatkan kecepatan mengetik pengetiknya. DVORAK bahkan diklaim dapat mengurangi resiko RSI (Repetitive Strain Injury).

Keyboard DVORAK (cellularscale.blogspot.com)
Selain itu ada AZERTY yang digunakan salah satunya oleh Prancis, QZERTY yang digunakan Italia, dan QWERTZ yang digunakan oleh Jerman.

Keyboard AZERTY (ordi.skynetblogs.be)

Nah, sekarang bagaimana dengan Indonesia ?

www.nationsonline.org
Apa Indonesia punya keyboard layout sendiri ? 

Atau mungkin sudah waktunya Indonesia punya keyboard layout sendiri ?

Mungkin ini pertanyaan gak penting. Tapi ya saya kepikiran saja bagaimana seandainya jika Indonesia punya keyboard layout sendiri bagaimana bentuknya ya. Lagipula Prancis pakai AZERTY, Jerman pakai QWERTZ, Italia pakai QZERTY lalu kenapa Indonesia tidak ? Bukankah QWERTY sendiri asalnya dari Amerika yang notabene berbeda bahasanya dari Indonesia. Jadi bukankah lebih cocok kalau kita memakai keyboard layout yang sesuai dengan sintaks bahasa kita sendiri ?

Ini hanya pikiran iseng saya saja dan tidak perlu dipikirkan terlalu dalam Hehehe... Tapi mungkin ini bakal jadi topik yang bagus dalam diskusi mengenai ergonomi. Bahkan mungkin bisa jadi topik skripsi (ada yang berminat ?).

Jadi ada yang berminat meneliti soal ini ?

Referensi :

http://en.wikipedia.org/wiki/Keyboard_layout#QWERTY-based_layouts_for_Latin_script
http://en.wikipedia.org/wiki/Dvorak_Simplified_Keyboard

Selasa, 13 Agustus 2013

Nostalgia Dengan Koneksi Dial Up

Ingat suara ini ?



Suara ini mungkin hanya dikenal di kalangan generasi 90-an atau generasi awal pengguna Internet. Mungkin kalau diperdengarkan ke generasi tahun 2000 tidak ada yang kenal. Tapi apa ini sebenarnya ? Yap, mungkin ada yang sudah bisa menebak. Ini adalah suara koneksi dial-up.

Bagi yang mengenal Internet di setengah dasawarsa pertama tahun 2000-an kemungkinan besar kenal dengan bunyi ribut koneksi dial-up. Suara ribut ini mengiringi perjalanan generasi-generasi awal netters Indonesia mengarungi dunia maya yang waktu itu belum berisi Facebook, YouTube, dan Twitter. 

Saya sendiri juga dulu pernah mengalami masa-masa seperti itu. Saya mengenal Internet pada tahun 2006 dan pada waktu itu masih menggunakan koneksi dial-up ini. Waktu itu saya menggunakan ISP yang terhitung populer dan mungkin dikenal hampir seluruh netters Indonesia pada masa itu : TelkomNet Instan. 

Hal lain yang berhubungan dengan koneksi dial-up ini adalah modem 56k dan kabel telepon. Dua hal ini plus layanan ISP mutlak dibutuhkan kalau mau mengakses Internet lewat koneksi dial-up. Kalau penasaran dengan modem 56k ini gambarnya.

sumber : techfuels.com
Kalau cara mengoperasikannya saya kurang tahu karena dulu saya ngakses Internet lewat modem internal laptop ibu saya. Jangan bayangkan laptopnya seperti notebook sekarang yang enteng dibawa-bawa. Laptop yang saya pake itu tebel dan beratnya mungkin ada 2 kg. Itu laptop kalau dilempar dari menara BTS yang tinggi itu kalau kena mobil kayaknya mobilnya yang remuk bukan laptopnya.

Kembali ke masalah modem. Setelah perlengkapan yang dibutuhkan sudah ada, tinggal lakukan koneksi. Berikut saya paparkan langkah-langkah koneksi dial-up. Karena yang saya pakai dulu itu TelkomNet Instan maka saya buat di sini mengikuti aturan koneksi TelkomNet Instan. 

Step by step koneksi dial-up lewat TelkomNet Instan :
  1. Sambungkan modem ke colokan telepon lewat kabel telepon.
  2. Sambungkan modem dengan komputer.
  3. Buka menu "Connect to Internet" di Windows.
  4. Pastikan username dan nomornya sesuai. Nomor TelkomNet Instan : 080989999. Username-nya saya lupa.
  5. Ketikkan password : telkom.
  6. Klik "Dial".
  7. Tunggu sebentar sementara modem melakukan koneksi. Bunyi ribut yang ada di atas akan terdengar.
  8. Modem akan terkoneksi. Kalau koneksi gagal ulangi dari langkah 3.
Setelah terkoneksi akan muncul pemberitahuan kalau modem terkoneksi lengkap dengan kecepatannya. Untuk TelkomNet Instan biasanya kecepatannya berkisar di 49,2-50,6 kbps. Kadang-kadang 48 kbps. ISP lain ? Sepertinya tidak jauh berbeda.

Gimana kalau dipake browsing ? Ya, kalau dipake buat ngebuka halaman Wikipedia bisalah. Tapi kalau disuruh ngebuka video di YouTube jangan ditanya. Setengah jam mungkin abis cuma buat buffering-nya saja. 

Begitulah cerita soal dial-up. Ada yang punya cerita jadul yang lain ?