Gadget dan kawan-kawannya di ranah TI (Teknologi Informasi) memang salah satu kemajuan teknologi yang paling berpengaruh di abad ini. Hanya berbekal sebuah gadget dan beberapa gerakan jari, kita bisa mengetahui apa yang terjadi di belahan dunia lain. Mulai dari konflik-konflik politik dan militer sampai kepada hal yang paling tidak penting sekalipun seperti kehidupan sehari-hari seorang selebritis.
Interaksi kita dengan gadget yang sangat sering membuat kita amat tergantung pada teknologi yang satu ini. Terhitung mulai dari bangun tidur kita menggunakannya untuk membangunkan kita dari tidur. Di saat belajar dan bekerja pun seringkali kita menggunakannya untuk bertelepon dan ber-sms. Tak terhitung pula berapa tweet dan comment yang kita kirim ke akun jejaring sosial kita. Tak hanya itu, kita juga menggunakan gadget untuk urusan hitung menghitung dan mengerjakan tugas.
Karena kehadirannya yang sudah menjadi kebutuhan sehari-hari, banyak dari kita yang rasanya tidak bisa hidup sehari saja tanpa gadget. Jika sehari saja tidak menggunakan gadget, rasa-rasanya belum afdhal bagi mereka untuk mengakhiri hari.
Kehadiran gadget kiranya dapat disamakan dengan kehadiran listrik di rumah kita. Di zaman kakek dan nenek kita, tentu rumah tangga yang mengenal listrik sangat sedikit. Listrik merupakan komoditi mewah saat itu. Seiring dengan perkembangan zaman, listrik bergeser kedudukannya dalam tingkat kebutuhan. Listrik "turun pangkat" dari deretan barang mewah yang hanya bisa dinikmati kaum berdompet tebal kepada kebutuhan vital kita. Pada akhirnya listrik menjadi kebutuhan wajib di setiap rumah tangga. Bisa dibilang, kita tidak dapat hidup tanpa listrik.
Hal yang sama juga terjadi pada gadget. Dua belas tahun yang lalu orang yang punya Hp hanya orang dewasa. Tapi coba lihat apa yang terjadi sekarang ? Setiap anak SD wajib punya Hp. Bahkan Hp yang mereka pegang juga bukan Hp murahan yang cuma bisa sms dan telpon. Banyak dari mereka yang sudah memegang Hp yang sekelas dengan smartphone.
Tentu, kehadiran gadget punya banyak sisi baik bagi kehidupan kita. Dengan gadget kita bisa mengakses internet yang dapat memperluas pengetahuan kita tentang dunia. Dengan gadget kita bisa memperluas jangkauan pergaulan kita ke orang yang jauh jaraknya.
Masalah mulai muncul ketika kita mulai berlebihan dalam memakai gadget ini.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Internasional Media dan Agenda Umum (ICMPA) dan Akademi Salzburg mungkin dapat kita jadikan sebagai contoh. Penelitian yang bertajuk The World Unplugged tersebut menemukan kesamaan dalam perilaku mahasiswa yang menjadi obyek penelitian. Penelitian yang dilakukan pada sekitar 1.000 mahasiswa di sepuluh negara yang tersebar di lima benua ini mengharuskan para mahasiswa tersebut untuk tidak menggunakan gadget dan seluruh hal yang berhubungan dengan media selama 24 jam.
Hasil penelitian tersebut mungkin tidak akan mengejutkan kita. Penelitian tersebut menemukan bahwa mayoritas peserta gagal dalam tugas sederhana ini. Banyak dari mereka yang mengaku merasa sedih dan kesepian saat berpisah dengan gadget dan segala benda yang dapat digunakan untuk mengakses media (contoh : laptop, TV, dll...). Reaksi lain dari tidak menggunakan gadget selama satu hari penuh adalah perasaan gelisah, mudah tersinggung, panik, cemas, depresi sampai pada paranoid.
Gejala-gejala psikis yang tidak sehat tersebut bisa jadi karena kebanyakan dari mereka bersosialisasi menggunakan perantara social media sehingga ketika perangkat untuk mengakses social media (gadget) tersebut tidak boleh digunakan mereka akan merasa kehilangan teman-teman mereka di dunia virtual. Ini mungkin salah satu dampak negatif dari gadget. Ibarat buah simalakama, di satu sisi kita butuh gadget untuk berkomunikasi dan bersosialisasi, di sisi lain gadget membuat kita ketagihan.
Melihat keadaan tersebut, mungkin timbul pertanyaan di dalam benak kita : "Apakah dengan dampak negatif tersebut kita harus meninggalkan penggunaan gadget ?". Jawabannya adalah tidak. Meskipun gadget dapat menyebabkan ketagihan, kita tidak dapat menafikan kalau gadget sudah menjadi kebutuhan kita di abad informasi ini. Kita tentu tidak bisa kembali menggunakan cara-cara kakek nenek kita dahulu berkomunikasi. Melakukan hal seperti itu sama saja dengan melakukan pemunduran sementara kita harus tetap maju.
Lalu kira-kira apa solusi dari permasalahan ini ?
Solusinya tentu saja dengan cara menerapkan kendali pada diri kita dalam hal penggunaan gadget. Mungkin kita perlu sedikit mengheningkan cipta dari menggunakan gadget. Karena bagaimanapun, hal-hal yang berlebihan pastilah tidak baik. Bahkan hal-hal yang baik saja dapat turun kadar kebaikannya jika terlalu berlebihan dalam penggunaannya. Perlu kita ingat juga bahwa sebagai makhluk sosial kita hidup di dunia nyata bukan di dunia maya.
Interaksi kita dengan gadget yang sangat sering membuat kita amat tergantung pada teknologi yang satu ini. Terhitung mulai dari bangun tidur kita menggunakannya untuk membangunkan kita dari tidur. Di saat belajar dan bekerja pun seringkali kita menggunakannya untuk bertelepon dan ber-sms. Tak terhitung pula berapa tweet dan comment yang kita kirim ke akun jejaring sosial kita. Tak hanya itu, kita juga menggunakan gadget untuk urusan hitung menghitung dan mengerjakan tugas.
Karena kehadirannya yang sudah menjadi kebutuhan sehari-hari, banyak dari kita yang rasanya tidak bisa hidup sehari saja tanpa gadget. Jika sehari saja tidak menggunakan gadget, rasa-rasanya belum afdhal bagi mereka untuk mengakhiri hari.
Kehadiran gadget kiranya dapat disamakan dengan kehadiran listrik di rumah kita. Di zaman kakek dan nenek kita, tentu rumah tangga yang mengenal listrik sangat sedikit. Listrik merupakan komoditi mewah saat itu. Seiring dengan perkembangan zaman, listrik bergeser kedudukannya dalam tingkat kebutuhan. Listrik "turun pangkat" dari deretan barang mewah yang hanya bisa dinikmati kaum berdompet tebal kepada kebutuhan vital kita. Pada akhirnya listrik menjadi kebutuhan wajib di setiap rumah tangga. Bisa dibilang, kita tidak dapat hidup tanpa listrik.
Hal yang sama juga terjadi pada gadget. Dua belas tahun yang lalu orang yang punya Hp hanya orang dewasa. Tapi coba lihat apa yang terjadi sekarang ? Setiap anak SD wajib punya Hp. Bahkan Hp yang mereka pegang juga bukan Hp murahan yang cuma bisa sms dan telpon. Banyak dari mereka yang sudah memegang Hp yang sekelas dengan smartphone.
Tentu, kehadiran gadget punya banyak sisi baik bagi kehidupan kita. Dengan gadget kita bisa mengakses internet yang dapat memperluas pengetahuan kita tentang dunia. Dengan gadget kita bisa memperluas jangkauan pergaulan kita ke orang yang jauh jaraknya.
Masalah mulai muncul ketika kita mulai berlebihan dalam memakai gadget ini.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Internasional Media dan Agenda Umum (ICMPA) dan Akademi Salzburg mungkin dapat kita jadikan sebagai contoh. Penelitian yang bertajuk The World Unplugged tersebut menemukan kesamaan dalam perilaku mahasiswa yang menjadi obyek penelitian. Penelitian yang dilakukan pada sekitar 1.000 mahasiswa di sepuluh negara yang tersebar di lima benua ini mengharuskan para mahasiswa tersebut untuk tidak menggunakan gadget dan seluruh hal yang berhubungan dengan media selama 24 jam.
Hasil penelitian tersebut mungkin tidak akan mengejutkan kita. Penelitian tersebut menemukan bahwa mayoritas peserta gagal dalam tugas sederhana ini. Banyak dari mereka yang mengaku merasa sedih dan kesepian saat berpisah dengan gadget dan segala benda yang dapat digunakan untuk mengakses media (contoh : laptop, TV, dll...). Reaksi lain dari tidak menggunakan gadget selama satu hari penuh adalah perasaan gelisah, mudah tersinggung, panik, cemas, depresi sampai pada paranoid.
Gejala-gejala psikis yang tidak sehat tersebut bisa jadi karena kebanyakan dari mereka bersosialisasi menggunakan perantara social media sehingga ketika perangkat untuk mengakses social media (gadget) tersebut tidak boleh digunakan mereka akan merasa kehilangan teman-teman mereka di dunia virtual. Ini mungkin salah satu dampak negatif dari gadget. Ibarat buah simalakama, di satu sisi kita butuh gadget untuk berkomunikasi dan bersosialisasi, di sisi lain gadget membuat kita ketagihan.
Melihat keadaan tersebut, mungkin timbul pertanyaan di dalam benak kita : "Apakah dengan dampak negatif tersebut kita harus meninggalkan penggunaan gadget ?". Jawabannya adalah tidak. Meskipun gadget dapat menyebabkan ketagihan, kita tidak dapat menafikan kalau gadget sudah menjadi kebutuhan kita di abad informasi ini. Kita tentu tidak bisa kembali menggunakan cara-cara kakek nenek kita dahulu berkomunikasi. Melakukan hal seperti itu sama saja dengan melakukan pemunduran sementara kita harus tetap maju.
Lalu kira-kira apa solusi dari permasalahan ini ?
Solusinya tentu saja dengan cara menerapkan kendali pada diri kita dalam hal penggunaan gadget. Mungkin kita perlu sedikit mengheningkan cipta dari menggunakan gadget. Karena bagaimanapun, hal-hal yang berlebihan pastilah tidak baik. Bahkan hal-hal yang baik saja dapat turun kadar kebaikannya jika terlalu berlebihan dalam penggunaannya. Perlu kita ingat juga bahwa sebagai makhluk sosial kita hidup di dunia nyata bukan di dunia maya.
you are now officially called mr. observer
BalasHapusemang udah harus diganti namanya ?
Hapusiya di, kalo preserver ga nyambung dgn tulisan2 kau yg satu pun ga berhubungan dgn preserve.
BalasHapuswkwk
iya juga. Mungkin ganti nama itu perlu dipertimbangkan.
BalasHapus